Makassar, Beritakota Online-Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Barru 2 berkapasitas 100MW di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan berhasil melaksanakan milestone atau tapahan backfeeding. Pembangkit telah meneriman tegangan (daya) pertama dari sistem transmisi 150 kV pada tanggal 31 Juli 2021. Hal ini berguna untuk menguji kesiapan masing-masing alat _(Individual Test)_ sebelum memasuki pengujian peralatan secara bersamaan _(commissioning)_ ini merupakan salah satu milestone sebelum pembangkit beroperasi.
Beroperasinya pembangkit ini akan menambah pasokan daya dan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di Sulawesi, khususnya Sistem Sulawesi Bagian Selatan yang akan memberikan dampak positif terhadap khususnya terhadap peningkatan investasi.
Dalam penyelesaian pekerjaan ini tentu saja sangat memerlukan berbagai macam keahlian, waktu yang panjang dan tahapan rumit sehingga sangat diperlukan ketelitian dan keuletan. Di saat pandemi seperti saat ini pembangunan infrastruktur kelistrikan tidak kenal henti dan bahkan hal ini membuat pekerjaan pembangunan lebih menantang.
Kondisi tersebut tetap tidak menyurutkan semangat insan PLNers di PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sulawesi khususnya manager proyek dan _engineer_ pengawas di lapangan. Bantuan yang diberikan oleh Manajemen, Pemeritahan, dan Masyarakat, tambah memacu insan PLN untuk terus berjuang dalam menyelesaikan pekerjaan. Seperti sepenggal kisah dari _engineer_ pengawas lapangan yang menceritakan tapahan pembangunan pembangkit ini.
Devi Prasetyo Utomo, PLNers kelahiran Ponorogo tahun 1993 ini, menjalani karirnya di PLN sejak tahun 2016. Sebelum bertugas pada pembangunan PLTU Barru 2, di awal pengabdiannya ia ditugaskan untuk menyelesaikan Pekerjaan Pembangunan PLTU Punagaya 2x100MW.
Banyak ilmu dan pengalaman dalam mengawasi pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan khususnya pembangunan pembangkit yang dia peroleh di saat Pembangunan PLTU Punagaya yang dapat diterapkan di PLTU Barru 2 ini, tuturnya.
Untuk mempermudah pengawasan terhadap tahapan – tahapan pekerjaan dan waktu pengerjaan, ia memperhatikan _milestone_ yang telah disepakati dengan kontraktor sebagai patokan pengawasan. Jika milestone itu _berpotensi_ terlewati maka ia akan membunyikan alarm pada kontraktor untuk mempercepat pekerjaan.
“Dalam tahap pembangunan atau konstruksi PLTU ada 11 _milestone_ yang harus dilalui, setiap milestone memiliki keterkaitan” tambah Devi.
Dimulainya pekerjaan konstruksi yaitu pada saat lahan yang telah dibebaskan oleh PLN dan kemudian diserahkan kepada pihak kontraktor pelaksana. Kontraktor diberikan waktu kurang lebih tujuh bulan untuk melakukan persiapan sebelum dimulainya pekerjaan pondasi.
Pada kertas monitoring yang ia tunjukkan, PLTU Barru 2 memulai pekerjaan pondasi pada trisemester akhir tahun 2018. Pekerjaan pondasi memerlukan waktu kurang lebih 7 bulan. Selanjutnya steel structure atau penyusunan rangka baja, mulai di rakit dipertengahan tahun 2019 dan lanjut pekerjaan perakitan mesin pembangkit.
Ia menjelaskan, “Target awal penerimaan daya dari sistem dilaksanakan tahun 2020 dikarenakan pandemi covid-19, baru dapat dilaksanakan tanggal 31 Juli. Alhamdulillah pekerjaan Gardu Induk (GI) 150kV Barru (ext) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150kV Barru Incomer telah bertegangan sehingga kami bisa melanjutkan pengujian masing – masing komponen (sub-system) setelah itu pengujian koordinasi fungsi komponen (system) yang memerlukan tegangan dari sistem kelistrikan yang ada.”
Tantangan dalam pekerjaan kali ini jauh lebih rumit, bukan hanya tantangan dari segi teknis dan sosial tetapi ada pandemi yang menyebabkan ia bersama tim perlu membuat _schedule_ atau jadwal ulang untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Terdapat 7 _milestone_ yang perlu dilewati setelah ini.
_Milestone: terdekat adalah _Boiler Hydrostatic Test_ atau pengujian pipa katel uap _(boiler)_ dengan air tekanan tinggi yang rencananya dilaksanakan satu bulan setelah _backfeeding_. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan sambungan las pipa – pipa _boiler_ dan kualitas pipa _boiler_ dalam kondisi baik dengan ditandai tidak adanya kebocoran air.
“Pada momen – momen pengujian seperti ini rasanya dada saya sesak dan sering kali keringat dingin keluar karena jika ada sedikit kesalahan pada saat pemasangan maka kami harus membongkar ulang dan mengecek kembali satu demi satu item pekerjaan yang telah terpasang, sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk pekerjaan ini selesai,” tambah Devi.
Belum selesai sampai disitu, kami masih harus melaksanakan 5 _milestone_ lagi seperti pertama kali boiler mengeluarkan uap dan uap yang dihasilkan masuk ke turbin untuk memutarkan _turbin_ dan _generator_ sehingga listrik dapat diproduksi. Selanjutnya mencoba tes sinkron _generator_ dengan sistem kelistrikan Sulbagsel, serta pengujian keandalan pembangkit di mana pembangkit harus terus beroperasi tanpa henti untuk pertama kalinya selama 72 jam. Jika itu terlewati maka sudah bisalah keluar surat sakti yakni Sertifikat Laik Operasi (SLO) dari Kementerian Ketenagalistrikan yang menyatakan bahwa pembangkit sudah dapat di operasikan dan mengalirkan listrik untuk masyarakat secara berkelanjutan.
“Tantangan masih banyak, kami tidak akan putus semangat. Harapan kami saat ini semua dapat berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan yang akan membuat lutut kami lemas, serta pandemi agar cepat berlalu karena kita tidak pernah tau kendala yang akan muncul jika pandemi tetap ada,” Tutup Devi dalam ruang virtual yang kami laksanakan.
Laporan : Andi Eka/A.Arya
Editor : A.A Rakhmansya/Saiful Dg Ngemba/Andi A Effendy
Komentar