oleh

Direktur RS Bhayangkara Makassar Kombes Pol dr.Farid Amansyah : Masyarakat Jangan Takut Periksa ke Rumah Sakit

>

Makassar, Beritakota Online – Sesuai SK gubernur rumah sakit Bhayangkara Makassar, ini ditunjuk sebagai salah satu rumah sakit rujukan penyanggah di Sulawesi Selatan. Artinya rumah sakit, sebelumnya yang ditunjuk ada 7 (tujuh) rumah sakit melalui Surat Keputusan(SK) Kementerian Kesehatan,itu ditambah dengan beberapa rumah sakit melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur, jadi rumah sakit Bhayangkara ditunjuk berdasarkan SK Gubernur.

Hal ini Memang sangat strategis karena kita ketahui bahwa zona merah di Sulawesi Selatan, terkait covid-19 begitu tinggi pada bulan lalu. Oleh karena itu mewajibkan harus banyak rumah sakit yang bisa menangani covid-19.

dr.Farid Amansyah,Sp.PD mengatakan, “seandainya kita masih zona hijau lain lagi ceritanya, maka itu bisa di fokuskan kepada beberapa rumah sakit aja.Tetapi karena semakin tinggi positif covid-19 di Sulsel atau zona merah, dan tidak ada lagi zona di atas merah itu yang ada cuma zona hitam dimana ada kematian. karena kita ini zona merah, maka transmisi antara orang orang itu sudah tidak bisa dibendung, kalau transmisinya udah lokal begitu maka tidak beralasan lagi untuk menunjuk ada rumah sakit khusus covid-19, yang bisa seluruh rumah sakit menangani pasien Corona itu,” terangnya.

Dan pada saat itu di Sulawesi Selatan,termasuk kota Makassar mengalami tingkat penularan wabah covid-19, makin naik yang dalam hal positif covid. Oleh sebab itu Sulawesi Selatan, masuk zona merah, karena itu seharusnya tidak ada lagi alasan menunjuk rumah sakit khusus covid yang ada bagaimana rumah sakit seharus rumah sakit yang katagori zona merah harus cepat melakukan antisipasi dalam hal penanganan Covid-19 dan melakukan screeningnya sebagai pasien covid.

Saya harus menyampaikan ini dan kepada masyarakat harus kita berikan pemahaman, rumah sakit itu bukan mencovid kan orang atau pasien, tetapi karena sudah zona merah. Maka mau tidak mau screening covid harus dilaksanakan. Artinya screening covid itu apa, menganggap semua orang itu yang masuk rumah sakit sebagai pasien yang terinfeksi atau terpapar covid sampai terbukti tidak terinfeksi covid yang ini harus dipahami. Karena masyarakat sedikit dikit curiga di covid kan, hal itu yang kami ingin luruskan, pihak rumah sakit melakukan prosedur covid, karena menganggap semua orang terinfeksi walaupun, dia masuk dengan gejala covid, orang tanpa gejalah( OTG ) , orang yang terlihat sehat2 aja ternyata covid pada orang yang sakit pun demikian. Kadang kadang dia masuk dalam keluhan sakit yang lain, bukan terinfeksi covid, tau tau dia covid. Oleh sebab itu prosedur itu yang kita lakukan untuk melindungi tenaga kesehatan atau tim medis kita yang ada dirumah sakit.”Ucap dr.Farid Amansyah, Sp.PD, pada hari Rabu,5 Agustus 2020.

Mengaktisipasi tindakan medis, agar mereka yang reaktif atau positif bisa kita tau dan akan di tempatkan keruangan khusus covid, sesuai kondisi keadaan pasien masuk ruang zona hijau, ruangan isolasi atau ruangan zona merah. Apaka dia dalam kondisi sakit biasa atau ada gejala covid, bila sakit biasa artinya dia masuk zona hijau dan bila reaktif positif covid itu masuk zona merah. Hal ini yang harus dilakukan sampai ada jaminan oleh pihak rumah sakit bahwa pasien itu sehat betul atau tidak positif covid.”Tutur Karumkit dr. Farid Amansyah.

Lanjut,” tentu pasien yang berkunjung kerumah sakit Bhayangkara Makassar, pasien yang non covid, mengalami menurunan, kenapa, karena dia menganggap info yang dia dengar dari luar atau hoax itu benar sampai beragam persepsi orang timbul, bahwa bila orang datang kerumah sakit pasti di covidkan dan saya sudah sering wawancara kepada masyarakat. Kenapa sampai beranggapan begitu, karena informasi yang iya dapatkan kurang.” Ungkapnya, seperti dilansir Lintas lima.

“Tidak ada rumah sakit yang mengcovidkan orang tanpa covid, tapi melakukan prosedur covid itu kewajiban rumah sakit, dimana rumah sakit yang tidak melakukan screening. Saya yakin dan percaya, tenaga kesehatannya banyak yang terpapar. Karena sudah dilakukan prosedur itu, boleh kita lihat hasilnya menurun pengunjungnya. Sekarang pasien BPJS yang berobat jalan sekitar 16 ribu orang perbulan dan awalnya sekitar 200 ribuan orang perbulannya, dimana 40 ribunya? dari informasi diluar masyarakat malas ke rumah sakit, sebab hal itu tadi masyarakat mendapat informasi yang tidak utuh, miss information atau info hoax. Dan banyak pasien yang masuk kerumah sakit, dalam keadaan gawat karena takut pasien kita tidak bisa tolong lagi karena penyakit paru paru sudah penuh dengan virus, padahal bila dia awal awal aja masuk masih dalam demam atau batuk, mungkin masih bisa kita tolong. Masuk disini sudah bengkak bengkak napas sudah satu satu, akibat dari rasa takut kerumah sakit itu. Virus covid tidak akan hilang, banyak pendapat ahli yang mengatakan, tapi virulensi atau keganasannya merusak akan berkurang jadi, dia tidak hilang. Suatu saat barang kali virus ini makin akrab, jadi orang yang terinfeksi virus itu menjadi tidak apa apa menjadi kayak flu flu biasa, seperti virus yang lalu lalu, bakteri influensa itu dulu menjadi momok dalam berjalannya dia berkurang daya merusaknya, sama dengan pneumonia, ketika itu orang kena, batuk batuk, demam dan panas langsung meninggal dunia. Pada saat itu Alexander Fleming belum dapat obat fenisilin, setelah ada obat antibiotik fenisilin penyakit pneumoni tidak ganas lagi.”ujar Karumkit rumah sakit Bhayangkara Makassar,dr.Farid Amansyah.

“Untuk tahapan memasuki now normal, bukan normal seperti biasanya sebelum covid itu yang keliru. new normal itu iya, kita berbudaya bisa melakukan aktivitas dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Dengan budaya yang baru, memakai masker, jaga jarak, hindari berkumpul dan selalu mencuci tangan dan cara ini harus kita terima dengan situasi yang terjadi sekarang. Bagaimana masyarakat ingin menerima dengan gaya baru ini, harus diatur, contoh perkawinan yang dulu kursinya rapat rapat, sekarang harus diatur jaraknya dengan selalu menjaga jarak, hal itu yang perlu kesadaran bersama dan untuk kebaikan bersama, mengadaptasi untuk membudayakan hal yang baru ini. Sebab kita tidak tau virus ini sampai kapan bisa berlalu, karena itu rumah sakit Bhayangkara Makassar, menerapakan adaptasi budaya baru setiap orang yang masuk kita periksa, memberikan arah untuk selalu mencuci tangan, memakai masker dan menunggu pasien tidak usah banyak bagaiman kita terapkan protokol kesehatan. Pasien yang kami rawat dirumah sakit Bhayangkara Makassar per Agustus tanggal 5 2020 berjumlah 43 orang pasien covid mengalami penurunan. Satu lagi ke unggulan rumah sakit Bhayangkara itu, sesuai intruksi (Dirjen ) Direktur Jenderal Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan, kita harus rawat orang covid, satu orang satu kamar, tidak boleh bergabung. Karena sudah diakui virus itu menular melalui udara, sebaiknya jangan merawat bersama. kita rumah sakit Bhayangkara menyiapkan 54 kamar, bukan tempat tidur. Sebab kita tidak benarkan dirawat gabung,1 orang satu kamar dan saya mengimbauan masyarakat tidak usah takut untuk datang ke rumah sakit karena covid.”Tutup dr.Farid (Humas Polda Sulsel)

Editor : Andi Eka/Asrat Tella/Robin/Saiful Dg Ngemba/Andi A Effendy

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *